Pola Interaksi Antara Manusia dan Lingkungan Hidup

12/03/2017

Masyarakat desa hingga kini masih terdapat pandangan yang menggambarkan manusia sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan hidupnya. Pandangan seperti ini biasanya mewujudkan dalam pola kebiasaan masyarakat dengan alam. Misalkan dalam hal ini, tidak boleh menagkap ikan disuatu bagian sungai atau danau.

Kemudian, pola-pola kebiasaan masyarakat itu secara tidak langsung bermanfaat untuk mempertahankan konservasi lingkungan dan sumber-sumber daya alam. Pandangan atau nilai-nilai yang dipertahankan oleh masyarakat melalui kaidah-kaidah hidup, tradisi atau kebiasaan yang bersifat mitos disebut dengan pandangan immanen atau holistis . Tetapi, dengan kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti dengan perkembangan kebutuhan manusia telah membawa perubahan cara pandang manusia mengenai lingkungan hidup.

Dalam hal ini, manusia tidak lagi memegang teguh pandangan immanen tetapi cendrung memandang lingkungannya bukan sebagai bagian dari (subsistem) yang tidak terpisahkan . Lingkungan dianggap sebagai objek yang dapat dieksploitasi semaksimal mungkin. Pandangan seperti itu, dapat dikatakan sebagai pandangan transenden yang membuat suatu masyarakat semakin menutup diri terhadap hubungan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dan pada akhirnya berusaha memusatkan ekosistem pada diri manusia.

Pandangan tersebut dipahami sebagai Antroposentrisme, dimana suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusatnya. Istilah kerusakan lingkungan merupakan konsep antroposentris, yaitu memandang lingkungan hidup dari sudut pandangan kepentingan manusia. Begitu sentralnya istilah tersebut, maka kepentingan manusia apabila terjadi pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan manusia sering kali diabaikan. Dengan demikian, kerusakan lingkungan pun terjadi, dan kelestarian dan kerusakan lingkungan semestinya sangat bergantung pada sikap masyarakat terhadap lingkungan hidup itu sendiri.

Berdasarkan apa yang dikemukakan (Farde 1963:463), melihat bahwa antara lingkungan alam dan kegiatan manusia selalu ada perantara yang menghubungkannya, yitu sekumpulan tujuan dan nilai-nilai, seperangkat pengetahuan dan kepercayaan dengan kata lain dinamakan pola-pola kebudayaan. Dengan kebudayaan, manusia dapat memahami serta menginterpretasikan lingkungan alam dan seluruh isinya, menyeleksi hal-hal yang berguna dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan bagi kelangsungan hidup dan melakukan adaptasi terhadap lingkungan alamnya.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close